Kamis, 22 September 2016

Surat untuk Bapak: Selamat Ulang Tahun



Pagi ini langit Thailand sangat cerah, Pak. Mataharinya menyilaukan, tapi hangat.
Saya hampir terlambat datang ke sekolah karena terlalu nyaman tidur dibalut selimut tebal pinjaman sekolah.

Bapak apa kabar? Semoga Bapak sehat, bapak akan senang lihat saya disini gemukan,  masih banyak kan orang percaya itu ukuran bahagia? Are you happy anyway?

Sugeng tanggap warsa nggih, Pak. Selamat ulang tahun. Entah ini sudah ke berapa belas kali

Kamis, 08 September 2016

A Brief Lovely Night Concert



Gue masih sangat menikmati lantunan demi lantunan lagu yang dinyanyikan band Danish-soft rock ini. Tapi dibandingkan dengan menikmati konser Michael Learns to Rock malam ini, gue masih lebih menikmati momen kebersamaan gue dengannya, laki-laki yang saat ini ada di samping gue. Gue masih selalu nggak percaya bagaimana dia bisa sangat meluangkan waktu, terbang dari kota yang tidak pernah tidur itu, kesini, ke Solo, hanya untuk menemani gue menonton konser MLTR. Gue tiba-tiba jadi teringat dengan siapa gue hampir datang ke konser ini.
image source: hercampus.com, edited by me

“Aku pernah baca ekspektasi bisa membunuh kesenangan. It’s even said that expectation is the root of all disappointments. Kadang hidup lebih menyenangkan saat kita tidak punya ekspektasi apa-apa. Whatever happens is neither good nor bad. It just happens.” - Tanya Baskoro, Critical Eleven (Ika Natassa)
image source: we heart it, edited by me.


“Toko buku itu kayak surga kecil. … And don’t you just love the heterogeneity of bookstores? Toko buku itu bukti nyata bahwa keragaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela. … Bookstores are the least discriminative place in the world.” - Tanya Baskoro, Critical Eleven (Ika Natassa)
credit : owner , edited by me


“This is another thing that travel does to you. The sheer joy of laughing freely with a complete stranger. Just because laughing is a pretty good idea at the moment.” - Tanya Baskoro, Critical Eleven (Ika Natassa)

Senin, 05 September 2016

“Well, who doesn’t hate Jakarta anyway.” - Tanya Baskoro, Critical Eleven (Ika Natassa)


“Aku nggak. …Karena di Jakarta, semua orang berada in the state of trying. Trying to get home, trying to get to work, trying to make money, trying to find a better sale, trying to stay, trying to leave, trying to work things out. Karena itu, buatku, Jakarta itu a labyrinth of discontent. Dan semua orang, termasuk aku dan kamu, setiap hari berusaha untuk keluar dari labirin itu. The funny thing is, ketika kita hampir berhasil menemukan pintu keluar labirin ini tapi malah ketemu hambatan lagi, pulling us back into the labyrinth, kita justru senang karena nggak perlu tiba di titik nyaman. It’s the hustle and bustle of this city that we live for. Comfort zone is boring, right?” – Aldebaran Risjad, Critical Eleven (Ika Natassa)